Kamis, 17 Mei 2012 0 comments

Dia

   
   Dia tidak tahu apa artinya cinta, dia tidak tahu rasanya jatuh cinta yang sesungguhnya, dan dia juga tidak tahu kapan merasa jatuh cinta. Yang dia tahu hanyalah suka, suka dan suka kepada gadis, yang menurut dia cantik. Kata cantik dalam kamusnya adalah tolak ukur utama bagi dia dalam menilai seorang wanita, layaknya pandangan orang pada umumnya. Namun yang membedakan dia dari yang lain adalah, dia hanya mampu dan berani memuja diam-diam, dan tak berani mengungkapkan perasaan suka kepada gadis pujaannya. Ibarat parikan (pantun jawa) :
Bisa ngendhang ora bisa nyuling
Wani nyawang tapi durung wani nyandhing
Makna dari parikan di atas, adalah bahwa dia hanya berani melihat dan memandang wanita itu saja, namun belum berani untuk mengungkapkan persaannya jika dia suka pada wanita pujaannya.

   Suatu saat, hal yang tidak diinginkan olehnya terjadi, sesaat setelah mengambil Ijazah kelulusan SMA, gadis pujaannya tersebut tanpa sepengetahuannya telah menyebarkan undangan perinkahan. Dia pun merasa sedih, kecewa, dan yang lebih menyakitkan lagi dia mendapat jatah undangan pernikahan gadis pujaannya tersebut.

   Tak salah memang, dia kecewa dengan kejadian tersebut, sudah dua tahun lamanya dia telah memendam rasa suka kepada gadis tersebut. Sewaktu SMA, gadis tersebut adalah motivasi dan semangat belajar bagi dia. Bisa memandang dari jendela kelas pun, sudah merupakan kesenangan tersendiri baginya. Suatu malam, tepatnya malam minggu, gadis tersebut mengirim sms kepadanya, berbunyi "met malming plends" (bisa anak gaul getooo!). Dia terkejut sekaligus deg-degan melihat dan membaca sms dari gadis pujaannnya tersebut, dia pun membalas, "met malming juga,(enter) ni spa ya?" (pura2nya nggak tau namanya, padahal di buku kontaknya bertuliskan Just dream (hanya mimpi)). Dia tahu bahwa gadis yang dia puja selama ini hanyalah mimpi belaka, dan tidak mungkin dia dapatkan (Lha wong gadis tersebut sudah pacar koq, jadi kan nggak berani ndeketin). Sms mereka pun berkelanjutan walau hanya sebatas berkenalan saja. Sebenarnya si gadis tersebut mengirim sms kepada dia hanya mencari teman untuk bekerjasama dalam UN, dan kebetulan mereka satu paket soal.

   Semanjak setelah UN  mereka sudah putus hubungan, tidak pernah ada sms atau kabar, dan mereka terakhir bertemu di acara pernikahan gadis pujaannya tersebut. Suatu perpisahan yang menyakitkan bagi dia dan membahagiakan bagi si gadis tersebut. Entah mengapa pada tahun tersebut merupakan tahun yang memilukan baginya, sudah ditinggal nikah dan harapan masuk PTN pun kandas, karena gagal di SNMPTN.
   Meskipun wajahnya tampak ceria, namun hatinya menangis merana. Tak disangka, dia yang kesehariannya ceria, membuat orang lain bahagia, bisa juga menangis patah hati karena ditinggal cinta (padahal belum pernah pacaran, tapi koq bisa ya patah hati?).

Yah, itulah cinta. Orang bilang cinta tak harus memiliki, dan jika cinta telah meninggalkan kita. Setidaknya kita bersyukur kepada Tuhan, karena cinta ada di hati kita.



"Tetaplah mencintai, dan janganlah menunda rasa cinta, sebelum cinta benar-benar meninggalkan kita".










Thanks for reading :)
Minggu, 13 Mei 2012 0 comments

Aku Malu dengan Namaku

   Setiap orang pasti mempunyai nama, dan nama adalah ibarat do'a yang diberikan kepada orang tua kita ketika kita dilahirkan. Contoh simple saja, kita dilahirkan dari ayah dan ibu kita seorang muslim, maka mereka akan memberi nama anaknya dengan nama-nama yang islami. Jika laki-laki diberi nama Muhammad (artinya orang terpuji dan merupakan Nabi terakhir umat islam) diharapkan anak tersebut bisa menjadi anak yang berakhlak terpuji seperti Nabi, jika perempuan diberinama Aisyah (istri Nabi Muhammad) diharapkan anak tersebut kelak nanti bisa menjadi istri yang taat kepada suami, layaknya Siti Aisyah.

   Namun di satu sisi, aku merasa belum bisa mengemban dan melaksankan arti dari namaku sendiri yang telah diberikan oleh kedua orang tuaku. Nama yang diberikan orang tuaku sangatlah bagus, yaitu Khoirul amri (dalam bahasa arab artinya Pemimpin yang baik). Meraka berharap kelak anaknya nanti, mampu menjadi sosok seorang pemimpin yang baik dan bijaksana. Namun saat ini, aku belum bisa menjadi maksud dari namaku sendiri. Aku orangnya pemalu, jika disuruh menjadi ketua kelompok atau ketua kelas dalam hati berkata kalau aku belum mampu. Jika di dalam organisasi aku hanya bertindak sebagai anggota, tidak mau menjabat sebagai pengurus. Aku berfikir, jika aku ditempatkan di posisi / jabatan yang tinggi maka tanggung jawab yang aku pikul pun akan semakin besar, dan jika aku gagal mengemban posisi / jabatan tersebut takutnya orang yang aku pimpin akan kecewa dan tidak percaya lagi kepada ku.

   Namun semenjak aku duduk dibangku kuliah, aku mulai belajar tentang Leadership (kepemimpinan), dan mulai belajar menjadi orang yang lebih confident (percaya diri) dan "aku selalu berupaya untuk menjadi sosok seorang pemimpin yang baik, dimulai dari menjadi pemimpin bagi diri sendiri,  pemimpin bagi keluarga,  dan pemimpin bagi bangsa dan negara".




Thanks for reading :)
 
;